Beberapa hari lalu karena suatu hal, saya harus kembali ke salah satu Rumah Sakit di Situbondo untuk melakukan penelitian. Biasanya saya menggunakan jasa travel karena bepergian di Jawa dengan jalur yang belum saya ketahui bagi saya termasuk menghawatirkan. Namun Allah selalu punya cara untuk mengajarkan saya sesuatu. Hingga, saya akhirnya bepergian dengan salah seorang teman menggunakan Bus ke daerah Situbondo.
Karena suatu alasan (bisa jadi miskomunikasi atau mungkin termasuk penipuan), kami salah menaiki Bus yang pada akhirnya menyebabkan kami harus diturunkan di tengah perjalanan dan menaiki Bus laju (sebuah bus biasa yang biasanya berhenti di beberapa tempat untuk mencari penumpang). Padahal kondisi saat itu sedang hujan deras pada waktu sore menjelang malam. Karena mempertimbangkan perasaan teman saya, saya berusaha tidak menunjukkan kekhawatiran dan memerintahkan diri untuk tersenyum dan bersemangat, karena saya yakin pada akhirnya kami akan selamat, pertolongan Tuhan akan selalu datang.
Benar saja, sebuah Bus lewat dan kamipun naik. Menurut saya yang jarang bepergian teutama dengan Bus (karena tanah kelahiran saya termasuk kecil sehingga dapat bepergian bahkan hanya dengan sepeda motor saja), Bus yang kami tumpangi termasuk Bus yang sudah kurang layak untuk ditumpangi. Berkenaan dengan kondisi, polusi dan keadaan badan Bus itu sendiri (kondisi saat itu hujan dan terdapat kebocoran di dalam Bus). Namun siapa sangka saya mendapat pelajaran berharga dari dalam Bus tersebut.
Saya melihat kerasnya hidup melalui seorang wanita paruh baya yang mencari nafkah dengan bernyanyi di dalam Bus. Nyanyian yang belum pernah saya dengar, namun terlepas dari liriknya, liukkan nadanya membawa saya terbang ke alam imajinasi. Beberapa laki-laki juga masuk dan bernyanyi dengan iringan gitar, beberapa lagu dan suara mereka saya sukai dan membuat saya paham mengapa sastra lama begitu erat kaitannya dengan kehidupan sosial.
Lebih dari yang saya jabarkan di atas, saya banyak belajar dan melihat hal baru yang tidak bisa saya temui di tanah kelahiran saya. Mungkin ini salah satu wujud perkenalan saya pada dunia yang sebenarnya dan buah dari keputusan saya merantau.
Sampai saat ini suasana di dalam Bus tetap melekat di dalam ingatan saya berteman alunan lagu yang membawa saya pada ragam khayalan dan kenyataan sekaligus. Perjalanan malam yang menyenangkan, saya juga berterimakasih pada teman saya yang menemani saya melakukan perjalanan tersebut, kami berbincang mengenai banyak hal termasuk karakter, cinta, pendapat dan berbagai hal menarik lainnya.
Sebuah perkenalan tentang hidup melalui Bus yang sesak oleh penumpang dengan karakter berbeda-beda dalam balutan malam yang hangat. Ya, hangat, terutama di pipi, karena sebutir air yang mengalir tanpa saya sadari kapan.......
***
Malang, 15 Maret 2017
Tulisan Ringan
Tulisan Ringan
No comments:
Post a Comment