Saya menjadi
belajar tentang beberapa hal melalui Pak Gandhi (izinkan saya menyebut
beliau demikian). Keberanian, pemikiran, pergerakan atau beberapa hal
yang berkaitan dengan kebenaran. Tentu kebenaran yang dimaksud adalah
kebenaran relatif, karena bagaimanapun manusia tak pernah sempurna.
Orangtua
saya megajari tentang ketulusan. Tentu sampai kini saya juga masih
mendidik diri untuk menjadi orang yang memiliki sifat demikian. Meskipun
saya tidak tahu kapan tepatnya saya dapat menjadi seseorang yang
"baik". Bagaimanapun, manusia tidak akan lolos dari dosa, maka terus
mendidik diri bagi saya merupakan jawaban untuk mencoba berbenah.
Inilah
kira-kira alsan mengapa kalimat Pak Gandhi mendukung ajaran orangtua
saya. Setidaknya pengalaman bahkan berpuluh tahun lalu tetap membuktikan
bahwa seseorang yang tulus bisa hidup dalam ketenangan. Benarlah jika
Islam mengajarkan manusia untuk berlaku ikhlas.
Kira-kira begini kata Pak Gandhi dalam autobiografinya:
"Suatu jasa tak memiliki arti kecuali orang tersebut menikmati dalam mengerjakannya. Ketika jasa dilakukan untuk menunjukkan atau menakuti pendapat publik, maka akan menghambat orang tersebut serta menghancurkan jiwanya. Jasa yang diberikan tanpa kegembiraan tak akan menolong sang penolong maupun yang ditolong. Namun segala kesenangan dan kepemilikan lainnya redup menjadi ketiadaan di hadapan jasa yang dilakukan dengan semangat kegembiraan"Intinya adalah ikhlas, tidak mengharapkan imbalan. Suatu teori yang sulit dilakukan jika tidak terbiasa. Banyak yang mengira ikhlas dan mengalah adalah perbuatan yang sia-sia dan pasrah terhadap penindasan (dahulu saya juga berpikir demikian). Namun seiring waktu saya mendapatkan pencerahan. Waktu telah memberikan jawaban kepada saya.
Kini saya mengerti !
Seiring waktu yang terus bergerak maju, perjalanan mendidik diri saya sendiri terus berlanjut...
***
Malang, 20 November 2016
No comments:
Post a Comment